Kadang isak pun tak terbaca oleh tangis, lalu hanya panas yang mengeringkan dahaga. Bila sembab tak meng-isyaratkan luka, biar hujan yang memberi arti, bahwa air tak hanya turun dengan tenang. Bila lirih juga tak terbaca, biar gemuruh yang memberi tanda. Tuhan… tolong datangkan angin untuk sekedar menyapa kemudian pergi belayar. Kau… bagaimana aku harus memahamimu, bila bicaramu adalah bisu.
seperti nyayian bayi yang didekap sang ibu
(Tangerang, 30 April 2012)